Dalam
kehidupan pesantren diajarkan untuk hidup sederhana dan saling tolong –
menolong. Bahkan sampai urusan rokok pun, para santri tak segan – segan untuk
joinan. Begitupun dengan kang Nasrun (nama samaran). Kang Nasrun yang uda lama
gak minta kiriman uang dari rumah biasa minta join rokok pada santri lain.
Suatu
malam, setelah kang Nasrun makan dengan lauk sambal ekstra hot, dia
kebingungan. Pasalnya, para santri uda pada tidur. Akhirnya, dia memutuskan
untuk mencari tegesan (puntung) rokok yang masih agak panjang. Namun
sayang, usahanya sia – sia. Merasa putus asa, kang Nasrun pun berjalan gontai
menuju aula utama pondok, dengan harapan bisa dapat joinan rokok. Ternyata
prediksinya tepat. Di ruangan aula yang gelap, kang nasrun melihat ada bara
rokok yang menyala. Dengan hati girang, kang Nasrun pun segera mendekat.
“Join rokoknya kang”. Kata kang Nasrun
dengan logat jawa yang kental.
Tanpa ba – bi – bu, orang tersebut
menyerahkan rokoknya. Dengan tanpa rasa berdosa, disambarnya rokok tersebut.
Kang
Nasrun yang penasaran mencoba mengamati orang di depannya. Sambil menghisap
rokok, dia memperhatikan orang tersebut dengan bantuan bara rokok yang membara.
Betapa terkejutnya dia. Ternyata, yang dijoini adalah Mbah Musta’an, kiai
pondoknya. Kontan saja, kang Nasrun lari terbirit – birit sambil membawa rokok
mbah Musta’an. Sang kyai yang kaget, mencoba memanggil, “wooooyyy, balikno
rokokku”. (wooooyyy, balikin rokok gue).
0 komentar:
Posting Komentar